MAKALAH PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN SAIN
“PEMBELAJARAN
SAIN ABAD 21”
Dosen
pengampu : 1. Prof. Dr. Rahmat Murbojono, M.Pd
2. Dr. M. Haris Effendi Hsb, S. Pd,. M.Sis
OLEH KELOMPOK VII
ANGGOTA
1.
NURMI ARI SEPRIHATIN
2.
SITI
BAROKAH
3.
NOVRA
YONAL
MAGISTER
PENDIDIKAN IPA
UNIVERSITAS
JAMBI
2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah,
kekuatan dan karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul :
“Pembelajaran Sains Abad 21”.
Penulisan makalah ini
untuk memenuhi tugas mata kuliah prinsip-prinsip pembelajaran sain yang
diberikan oleh prof.Dr. Rahmat Murboyo, M. Pd dan Dr. Haris .
Akhir kata, penulis
menyadari akan kekurangan, keterbatasan serta kemampuan sehingga banyak
terdapat kekurangan dalam makalah ini. Kritik dan saran pembaca sangat penulis
harapkan untuk koreksi dan perbaikan di kemudian hari. Semoga makalah ini bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya .
Jambi,
Agustus 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
judul
Kata
pengantar ……………………………………………………… i
Daftar
isi ……………………………………………………… ii
Bab
I Pendahuluan
1.1 Latar
belakang masalah ……………………………………………… 1
1.2 Rumusan
masalah ……………………………………………… 2
1.3 Tujuan
penulisan ……………………………………………… 2
1.4 Manfaat
penulisan ……………………………………………… 3
Bab
II Pembahasan
2.1
Abad 21 dan Pengaruhnya dalam pembelajaran …………….……….. 4
2.2
Sistem pembelajaran SAIN abad 21
………………………………..... 5
2.3
Manajemen Sistem Pendidikan Abad 21
…………………………….. 8
2.4
Bentuk Pembelajaran Digital Abad 21
……………………………….. 10
Bab
III Penutup
1.1 Kesimpulan
………………………………………………………. 12
1.2 Saran
………………………………………………………. 12
Daftar
Pustaka ………………………………………………………. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam hembusan era
globablisasi, gemanya telah mempengaruhi berbagai tatanan kehidupan umat
manusia saat ini. Oleh sebab itu, pengaruh globalisasi tidak bisa dihindari.
Perlakuan yang paling arif adalah bagaimana globalisasi, termasuk kemajuan
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi ini, disikapi sehingga membuahkan
manfaat bagi umat manusia.
Globalisasi bukan
berarti persaingan antar bangsa dalam arti sempit. Globalisasi bukan pula
penindasan sikuat kepada si lemah, akan tetapi merupakan pranata baru antar
bangsa yang berpijak pada semangat kebersamaan guna kehidupan masyarakat yang
lebih baik. Ditengah pesimisme konflik kepentingan antar bangsa dibeberapa
belahan dunia, ternyata globalisasi menjanjikan nuansa baru bagi kehidupan yang
lebih arif dengan berlandaskan kebersamaan, saling menghormati,dan saling
membutuhkan.
Naisbitt dan Patricia
dalam Wahyudin dkk (2007:2.26), merinci beberapa kosekuensi logis adanya
globalisasi dibidang pendidikan antara lain:
1. Dalam
globalisai, sistem nilai dan filsafat merupakan posisi kunci dalam garapan
pendidikan nasional. Semua Negara menempatkan sistem nilai dan etika sebagai
landasan utama dalam merancang kurikulum nasionalnya.
2. Globalisasi
menuntut adanya angkatan kerja yang berkualifikasi dan berpendidikan. Dalam
masyarakat informasi, lapangan kerja terutama dialamatkan pada mereka yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berlatar pendidikan yang memadai.
Sebaliknya, mereka yang miskin keterampilan dan tuna pendidikan, akan berderet
mengisi barisan pengangguran atau sebagai kelompok pekerja dengan upah minim.
3. Kerja
sama pendidikan mutlak diperlukan.kerjasama internasional dibidang pendidikan
adalah sisi lain daripada kosekuensi globalisasi. Bantuan dana, tenaga ahli,
ataupun pemberian beasiswa tugas belajar ke luar negeri merupakan salah satu
bentuk kerja samainternational dibidang pendidikan.
Ihwal globalisasi pada
dasarnya telah diamanatkan oleh PBB dalam Trilogi pendidikan global yaitu :
1. Demokrasi
pendidikan
2. Modernisasi
pendidikan dengan menghormati identitas budaya, serta
3. Adaptasi
pendidikan dengan tuntunan pekerjaan produktif searah dengan kebutuhan lapangan
kerja.
Modernisasi pendidikan
mencakup antara lain keragaman alternative dalam pelayanan pendidikan dan
proses belajar mengajar. Berikut dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai sistem pembelajaran abad 21, management sistem pembelajaran abad 21
dan pembelajaran digital abad 21.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apakah
yang dimaksud dengan abad 21 dan pengaruhnya terhadap pembelajaran?
2. Bagaimana
sistem pembelajaran sains abad 21?
3. Bagaimana
manajement sistem pembelajaran abad 21?
4. Bagaimana
bentuk pembelajaran digital abad 21?
1.3
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
menegetahui apa yang dimaksud dengan abad 21 dan pengaruhnya terhadap
pembelajaran.
2. Untuk
mengetahui sistem pembelajaran sains abad 21.
3. Untuk
mnegetahui manjement sistem pembelajaran abad 21.
4. Untuk
mnegetahui bentuk pembelajaran abad 21.
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan paparan
diatas maka manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi
masyarakat umum makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
untukmemberikan informasi tentang bagaimana sistem pembelajaran sain abad 21.
2. Bagi
pemerintahan, makalah ini dapat membantu dalam mensosialisasikan informasi
tentang sistem pembelajaran sain abad 21.
3. Bagi
mahasiswa khususnya calon pendidik, makalah ini dapat dijadikan sebagai
referensi dalam mempelajarai sistem pembelajaran sain abad 21.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Abad 21 dan pengaruh nya dalam pembelajaran.
Saat ini kita
telah memasuki abad baru yaitu abad 21, diamana rentang waktunya antara tahun
2001-2100. Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa abad 21 ini telah banyak
berubah akibat adanya pengaruh globalisai yang mencakup berbagai aspek
kehidupan termasuk didalamnya aspek pendidikan.
John Naisbitt seperti
dikutip Deliar Noerdan Iskandar Alisyahbana(1988:355), telah terjadi perubahan
sepuluh arah dalam menghadapi abad 21 yaitu :
1.
Peralihan dari masyarakat industry
kepadamasyarakat informasi.
2.
Peralihan darai teknologi yang
dipaksakan kepada teknologi tinggi dansentuhan tinggi.
3.
Peralihan dari ekonomi nasional menuju
ekonomi dunia.
4.
Peralihan dari perencanaan jangka pendek
menuju perencanaan jangka panjang.
5.
Dari sentralisasi ke desentralisasi.
6.
Dari bantuan institusional menuju
bantuan individual.
7.
Dari demokrasi perwakilan menuju ke
demokrasi partisipatoris .
8.
Peralihan dari hirarki-hirarki menuju
pada penjaringan (network)
9.
Peralihan dari utara menuju selatan.
10.
Peralihan dari satu pilihan kepada
pilihan majemuk.
Dalam konteks nasional,
antisipasi garapan pendidikan nasional menghadapi kehidupan mendatang khususnya
abad 21 , secara yuridis formal telah tersurat pada UU no 2 1989 tentang wajib
belajar dasar 9 tahun dan GBHN 1993. Beikut beberapa gagasan yang dapat diterapkan
dalam menghadapi abad 21, seperti yang disarankan Deliar Noer dan Iskandar
Alisyahbana(1988:376-389):
1.
Pendidikan bukan hanya berurusan dengan transmisi pengetahuan
dan keterampilan, tetapi juga dengan prefensi lain. Itu berarti bahwa
pendidikan berhubungan erat dengan nilai-nilai, dan sebagian nilai itu adalah
berkenaan dengan nasionalisme.
2.
Negara kita adalah Negara kepulauan.
Secara potensial sumber-sumber kita ada di darat dan di perairan.kita
bertanggung jawab untuk melindungi sumber alam tersebut serta
memanfaatkannyasebaik-baiknya untuk kemaslahatan bangsa.
3.
Dimasa depan mungkin sekali ada
perubahan dan fluktuasi yang berarti dalam penyebaran penduduk. Oleh karena
itu, perlu dikembangkan sistem pendidikan yang cukup lues yang mampu secara cepat
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
4.
Dimasa depan perlu member peranan yang
seluas-luasnya kepada kaum wanita untuk mendapatkan kesempatan dalam pendidikan
5.
Tuntutan belajar seumur hidup (life long
education) tampaknya harus mendapatkan perhatian yang lebih memadai dimasa akan
datang.
6.
Pentingnya media elektronik dalam
penyebarluasan pendidikan, termasuk pengembangan sistem belajar jarak jauh dan
pemanfaatan computer untuk pendidikan.
7.
Publikasi dan penelitian serta
pengembangan pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar bagi setiap
masyarakat yang ingin maju.
2.2
Sistem Pembelajaran Sain Abad 21
Dalam menghadapi
globalisasi abad 21 maka salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan
meningkatkan mutu pendidikan. Saat ini peningkatan mutu pendidikan Indonesia
masih terus diupayakan karena sangat diyakini bahwa IPA sebagai ilmu dasar
memegang peranan penting dalam pengembangan IPTEK. IPA (natural sains) adalah
kumpulan pengetahuan dan cara-cara mendapatkan pengetahuan mempergunakan
pengetahuan.
Kurikulum 2013
disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan.
Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Pergeseran paradigma belajar abad 21 dan kerangka kompetensi abad 21 menjadi
pijakan di dalam pengembangan kurikulum 2013. Menyongsong pemberlakuan
kurikulum 2013 semakin mempertegas peran pendidikan nasional. Sebagai salah satu
sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa,
mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat
dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi
secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter. Hal
itu juga dijadikan acuan dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA yang
didasarkan pada standar isi akan membentuk siswa yang memiliki bekal ilmu
pengetahuan (have a body of knowledge), standar proses akan membentuk
siswa yang memiliki keterampilan ilmiah (scientific skills),
keterampilan berpikir (thinking skills) dan strategi berpikir (strategy
of thinking); standar inkuiri ilmiah akan membentuk siswa yang mampu
berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking); standar
asesmen mengevaluasi siswa secara manusiawi artinya sesuai apa yang dialami
siswa dalam pembelajaran (authentic assessment). Penerapan
standar-standar dalam pembelajaran IPA khususnya empat standar tersebut akan
memberikan soft skill berupa karakter siswa, untuk itu sangat diperlukan
pembelajaran IPA yang menerapkan standar-standar guna membangun karakter siswa.
Siswa yang berkarakter dapat dicirikan apabila siswa memiliki kemampuan
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha
untuk memahami lingkungan.
Pengembangan kurikulum
2013 dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana),
dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Diakui dalam perkembangan
kehidupan dan ilmu pengetahuan abad 21, memang telah terjadi pergeseran baik
ciri maupun model pembelajaran. Inilah yang diantisipasi pada kurikulum 2013.
Dalam kurikulum 2013 ini, mata pelajaran IPA di tingkat Sekolah Menengah
Pertama, mata pelajaran IPA dikemas secara terintegrasi pada keilmuan IPA,
terintegrasi dengan pembentukan karakter. Perubahan pendidikan dan mindset para
guru harus didasarkan pada kecakapan/ketrampilan apa saja yang nantinya
dibutuhkan oleh para siswa di 21st century ini untuk dapat mencapai
partisipasi penuh di masyarakat.
Pengembangan kurikulum
2013 merupakan penyempurnaan dari KBK dan KTSP. Karakteristik kurikulum 2013
dijelaskan melalui table berikut.
No
|
KBK
|
KTSP
|
Kurikulum 2013
|
1.
|
Standar Kopetensi lulusan diturunkan
dari standar isi
|
Standar kompetensi lulusan diturunkan
dari kebutuhan
|
2.
|
Standar isi dirumuskan berdasarkan
tujuan mata pelajaran (standar kompetensi lulusan mata pelajaran) yang
dirinci menjadi standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
|
Standar isi diturunkan dari standar
kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran
|
3.
|
Pemisahan antara mata pelajaran
pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan.
|
Semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan
|
5
|
Kompetensi diturunkan dari mata
pelajaran
|
Mata pelajaran diturunkan dari
kompetensi yang diharapkan
|
6.
|
Mata pelajaran lepas satu dengan yang
lain, seperti sekumpulan mata pelajaran yang terpisah.
|
Semua mata pelajaran diikat oleh
kompetensi inti tiap kelas.
|
Sumber : Mendikbud 2013.
Pembelajaran
IPA di era abad 21 sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiri) dengan pendekatan berpusat pada siswa (student centered learning)
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif (creative thingking) dan berpikir
kritis (critical thingking), mampu memecahkan masalah, melatih kemampuan
inovasi dan menekankan pentingnya kolaborasi dan komunikasi.
Keterampilan
berpikir yang dikembangkan sebaiknya sudah menjangkau keterampilan berpikir tingkat
tinggi (high order thingking skill) yang jika dijangkau dengan ranah kognitif
pada taksonomi bloom berada pada level analisis, sintesis, evaluasi dan kreasi.
Sehingga pembelajaran harus sesuai dengan karakter dan domain IPA yang meliputi
domain konsep, proses, kreativitas, sikap atau tingkah laku dan aplikasi sesuai
dengan yang dikemukakan oleh yager (1996:3-4).
2.3
Manajemen sistem pendidikan abad 21
Menurut Jennifer
Nichols manajemen pendidikan abad 21 di kelompokkan ke dalam 4 prinsip, yaitu: (1) instruction should be
student-centered; (2)education should be
collaborative; (3) learning should have context; dan (4) schools should be integrated
with society.
Keempat prinsip pokok pembelajaran abad
ke 21 yang digagas Jennifer Nichols tersebut
dapat dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini:
1. Instruction should be student-centered
Pengembangan
pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif
mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut
untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi
berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan
kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi
untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
Pembelajaran berpusat pada siswa
bukan berarti guru menyerahkan kontrol belajar kepada siswa sepenuhnya. Intervensi
guru masih tetap diperlukan. Guru berperan sebagai fasilitator yang berupaya
membantu mengaitkan pengetahuan awal (prior knowledge)
yang telah dimiliki siswa dengan informasi baru yang akan dipelajarinya.
Memberi kesempatan siswa untuk belajar sesuai dengan cara dan gaya belajarnya
masing-masing dan mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar
yang dilakukannya. Selain itu, guru juga berperan sebagai pembimbing,
yang berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan dalam proses mengkonstruksi
pengetahuan dan keterampilannya.
2. Education should be collaborative
Siswa harus dibelajarkan untuk
bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan
orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya.
Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa
berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek,
siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang
serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan
mereka.
Begitu
juga, sekolah (termasuk di dalamnya guru) seyogyanya dapat bekerja sama dengan
lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai belahan dunia untuk saling
berbagi informasi dan penglaman tentang praktik dan metode pembelajaran yang
telah dikembangkannya. Kemudian, mereka bersedia melakukan perubahan metode
pembelajarannya agar menjadi lebih baik.
3. Learning should have context
Pembelajaran tidak akan banyak
berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah.
Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
siswa. Guru mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung
dengan dunia nyata (real word). Guru membantu siswa
agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang
dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Guru
melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.
4. Schools should be integrated with society
Dalam
upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah
seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya.
Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar
mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa
dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat,
seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya.
Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk
melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.
Dengan
kekuatan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak lagi.
Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau tempat
tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di berbagai
belahan dunia. Pendidikan perlu membantu siswa menjadi warga digital yang
bertanggung jawab
2.4
Bentuk Pembelajaran Digital Abad 21.
Dunia pendidikan secara dinamis akan selalu mengalami
perubahan yang berimbas pada tuntutan perubahan pada pembelajaran dan sumber
daya manusia yang terlibat didalamnya. Pembelajaran abad 21 sendiri identik
dengan kemajuan teknologinya, dimana teknologi menjadi bagian yang integral
dengan kehidupan pebelajar. Teknologi informasi dan komunikasi menjadi
prioritas dalam daftar kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk berhasil
dalam pembelajaran abad 21 (21st Century Literacy Summit,2010).
Meskipun pembelajaran abad 21 membuat pendidikan nampak
menuju arah yang sama, namun keahlian abad 21 bersifat kompleks dan bervariasi
antar negara ataupun antar daerah, kecuali satu keahlian, literasi teknologi
informasi dan komunikasi atau juga disebut literasi dijital. Mendukung literasi
tersebut, dikenal pula softskills yang termasuk dalam dua kategori, cara
berpikir dan cara bekerja. Cara berpikir meliputi kreativitas, berfikir kritis,
dan pemecahan masalah. Cara bekerja meliputi kemampuan komunikasi dan
kolaborasi. Kedua kategori softskills ini amat dipengaruhi oleh budaya lokal
sehingga bersifat unik dan ditentukan oleh masyarakat setempat.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Globalisasi telah mengubah berbagai aspek
kehidupan termasuk diantaranya bidang pendidikan.
2. Dalam menghadapi globalisasi pendidikan abad 21
maka terdapat banyak sekali perubahan paradigma dalam pembelajaran.
3. Dalam
menghadapi globalisasi abad 21 maka salah satu cara yang harus dilakukan adalah
dengan meningkatkan mutu pendidikan diantaranya dengan menggunakan kurikulum
2013.
4. Menurut
Jennifer Nichols manajemen pendidikan abad 21 di kelompokkan ke dalam 4 prinsip, yaitu: (1) instruction should be
student-centered; (2)education should be collaborative;
(3) learning should have context;
dan (4) schools should be integrated with society.
5. Dalam pembelajaran digital abad 21, guru dan
siswa diharapkan mampu beritegrasi dengan dunia social sehingga media
pembelajaran menjadi tidak terbatas dan informasi yang diterima dalam cakupan
global dengan memanfaatkan fasilitas internet, computer, multimedia dan media
lain penunjang terjadinya pembelajaran yang baik di dalam kelas.
3.2
Saran
Diharapkan kepada para pembaca khususnya peserta didik baik
pelajar atau mahasiswa, para pendidik, para perancang pendidikan, serta
pengembang program-program pendidikan agar menerapkan kiat-kiat dan cara
menghadapi persaingan global sehingga mutu pendidikan bangsa kita menjadi lebih
baik.
Daftar Pustaka
akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/10/01/prinsip-pembelajaran-abad-ke-21/